Kondisi Geografis Kabupaten Tulungagung
A. Letak, Luas dan Batas Administrasi
Secara
geografis Kabupaten Tulungagung terletak antara koordinat (111°43' -
112°07') Bujur Timur dan (7°51' – 8°18') Lintang Selatan dengan titik
nol derajat dihitung dari Greenwich Inggris. Dan terletak kurang lebih
154 km ke arah Barat Daya dari Kota Surabaya.
Luas
wilayah Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan sebesar 1.150,41 Km²
(115.050 Ha) atau sekitar 2,2% dari seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur.
Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut:
- | Sebelah Utara | : | Kabupaten Kediri, Nganjuk dan Blitar. |
- | Sebelah Timur | : | Kabupaten Blitar. |
- | Sebelah Selatan | : | Samudera Hindia/Indonesia. |
- | Sebelah Barat | : | Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo. |
B. Keadaan Geografis
1) Fisiografi
Fisiografi
wilayah Kabupaten Tulungagung menunjukkan adanya dataran rendah,
perbukitan bergelombang serta daerah lereng Gunung Wilis. Adapun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai berikut:
- Bagian utara (barat daya) seluas +25%, adalah daerah lereng gunung yang relatif subur yang merupakan bagian tenggara dari Gunung Wilis.
- Bagian selatan seluas +40% adalah daerah perbukitan yang relatif tandus, namun kaya akan potensi hutan (walaupun akhir-akhir ini terjadi kerusakan besar-besaran) dan bahan tambang merupakan bagian dari pegunungan selatan Jawa Timur.
- Bagian Tengah seluas +35% adalah dataran rendah yang subur dimana dataran ini dilalui oleh Sungai Brantas dan Sungai Ngrowo beserta cabang-cabangnya.
2) Relief
Relief
adalah beda tinggi dari suatu tempat ke tempat lain pada suatu daerah
dan juga curam-landainya lereng-lereng yang ada. Termasuk dalam
pengertian relief ini adalah bentuk-bentuk bukit, lembah, dataran,
tebing, gunung dan sebagainya.
Keadaan topografi Kabupaten Tulungagung menunjukkan ketinggian yang bervariasi sebagai berikut :
- Ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah seluas 38.527,23 Ha atau 33,49% dari luas wilayah Tulungagung.
- Ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah seluas 64.215,89 Ha atau 55,82% dari luas wilayah Tulungagung.
- Ketinggian 500-1.000 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah seluas 9.479,38 Ha atau 7.67% dari luas wilayah Tulungagung.
- Ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut meliputi wilayah seluas 3.474,24 Ha atau 3,02% dari luas wilayah Tulungagung.
3) Geologi
- Tatanan Stratigrafi
Tatanan stratigrafi Kabupaten Tulungagung, meliputi:
a. Endapan Permukaan
a. Endapan Permukaan
(1) Aluvium ( Qa ).
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa, yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang, Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa, yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang, Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.
b. Batuan Sedimen
(2) Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma).
Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan Kauman.
(3) Satuan Batu gamping/Formasi Campurdarat.
Disusun oleh batu gamping hablur yang bersisipan dengan batu lempung berkarbon.
Berumur akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah. Tersebar di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Campurdarat dan Tanggunggunung.
Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan Kauman.
(3) Satuan Batu gamping/Formasi Campurdarat.
Disusun oleh batu gamping hablur yang bersisipan dengan batu lempung berkarbon.
Berumur akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah. Tersebar di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Campurdarat dan Tanggunggunung.
(4) Satuan Batulempung/Formasi Nampol ( Tmn).
Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.
Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.
(5) Satuan Batugamping Terumbu / Formasi Wonosari (Tmwl).
Litologi tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis, batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan napal.
Satuan ini berumur miosen tengah-miosen akhir dan dapat di jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.
Litologi tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis, batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan napal.
Satuan ini berumur miosen tengah-miosen akhir dan dapat di jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.
c. Batuan Gunung Api
(6) Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn).
Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir dan Pagerwojo.
(7) Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw).
Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.
Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir dan Pagerwojo.
(7) Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw).
Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.
(8) Satuan Gunung Api Muda/Batuan Gunung api.
Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf, endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen.
Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf, endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen.
d. Batuan Terobosan
(9) Satuan Andesit (An)
Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa dasar mikrolit dan kaca gunung api, satuan ini dijumpai di Kecamatan Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi. Gambaran pembagian tatanan stratigrafi dapat dilihat pada peta berikut.
Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa dasar mikrolit dan kaca gunung api, satuan ini dijumpai di Kecamatan Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi. Gambaran pembagian tatanan stratigrafi dapat dilihat pada peta berikut.
- Struktur dan Tektonika
a.
Secara struktur Kabupaten Tulungagung dijumpai adanya struktur rekahan
(kekar), patahan (sesar) dan lipatan (sinklin dan antiklin).
Struktur sesar yang terjadi berupa :
- Sesar mendatar: berarah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya, ditafsirkan sebagai sesar geser gerus.
- Sesar turun: kelurusan berarah barat-timur atau hampir utara-selatan.
Pola-pola struktur dengan arah gaya utama adalah nisbi utara-selatan.
b.
Secara Tektonika, arah penekanan pola-pola struktural tersebut, sebagai
hasil aktivitas kegiatan penunjaman kerak Samudera Hindia-Australia
yang aktif menghujam ke arah utara terhadap kerak Benua ( termasuk Pulau
Jawa).
4) Jenis Tanah
Beberapa jenis tanah yang dijumpai di wilayah Kabupaten Tulungagung yakni:
4) Jenis Tanah
Beberapa jenis tanah yang dijumpai di wilayah Kabupaten Tulungagung yakni:
- Tanah alluvial coklat kekelabuan terdapat di Kecamatan Bandung dan Kecamatan Besuki.
- Tanah alluvial coklat tua kekelabuan terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Pakel, Campurdarat, Tulungagung, Boyolangu, Kalidawir dan Pucanglaban.
- Tanah assosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Gondang, Boyolangu, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, Sumbergempol, Kalidawir dan Ngunut.
- Tanah litosol terdapat di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir dan Boyolangu.
- Tanah litosol mediteran dan resina terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Tanggunggunung, Sumbergempol, Kalidawir, Pucanglaban dan Rejotangan.
- Tanah regosol coklat kekelabuan terdapat di Kecamatan-Kecamatan Ngunut, Pucanglaban dan Rejotangan.
- Tanah mediteran coklat kemerahan terdapat di Kecamatan Gondang, Kauman, Karangrejo, Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.
- Litosol coklat kemerahan terdapat di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.
- Tanah andosol terdapat di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo.
Dilihat
dari jenis tanah yang ada serta hubungannya dengan penggunaan tanah,
perlu diperhatikan sifat kimia dan fisika tanah setempat yang nantinya
dapat dipergunakan untuk meningkatkan produktivitas tanah seoptimal
mungkin. Tanah-tanah litosol yang mendominasi wilayah bagian selatan
Kabupaten Tulungagung meliputi Kecamatan-Kecamatan Besuki,
Tanggunggunung, Kalidawir dan Pucanglaban. Mempunyai kedalaman efektif
tanah dangkal, karena topografi yang bergelombang serta kemiringan tanah
lebih dari 40%, maka pada daerah ini diharapkan ditanami dengan tanaman
keras yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan sekaligus berfungsi
sebagai tanaman pelindung dan zona perakaran untuk tata air.
Tanah
litosol dengan batuan induk kapur terdapat di Kecamatan-Kecamatan
Tanggunggunung, Kalidawir dan Pucanglaban, mempunyai kedalaman efektif
yang dangkal dan kandungan unsur hara yang miskin serta mempunyai
kepekaan yang besar terhadap erosi. Untuk itu perlu ditingkatkan
pengembangan hutan jati dan tanaman palawija di daerah ini.
5) Kemampuan Tanah
a). Kemiringan Tanah
5) Kemampuan Tanah
a). Kemiringan Tanah
Kemiringan
tanah dapat dinyatakan dalam prosentase (%) dimana setiap 1% kemiringan
tanah berarti terdapat perbedaan tinggi sebesar 1 meter dari 2 tempat
sejauh 100 meter. Wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dikelompokkan
menjadi 6 (enam) klasifikasi kemiringan tanah sebagai berikut:
- Lereng antara 0-2% merupakan wilayah yang datar dengan luas 46.971,24 hektar atau 40,8% terdapat pada hampir semua wilayah kecamatan, kecuali wilayah Kecamatan Sendang, Pagerwojo dan Tanggunggunung.
- Lereng antara 2-8% merupakan wilayah yang datar hingga landai dengan luas 5.637,01 hektar atau 4,9%, terdapat hampir disemua kecamatan kecuali Kecamatan Tanggunggunung, Sendang, Pagerwojo, Tulungagung, Pakel, Kedungwaru, Sumbergempol, Ngunut dan Ngantru.
- Lereng antara 8-15% merupakan wilayah yang landai hingga berombak dengan luas 8.317,46 hektar atau 7,2%, terdapat di hampir semua kecamatan kecuali Tulungagung, Pakel, Kedungwaru, Ngantru, Sumbergempol, dan Ngunut.
- Lereng antara 15-25% merupakan wilayah yang berombak hingga bergelombang lemah dengan luas 15.875,66 hektar atau 13,8% terdapat di Kecamatan Karangrejo, Kauman, Sendang, Pagerwojo, Gondang, Bandung, Boyolangu, Campurdarat, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban, dan Rejotangan.
- Lereng antara 25-40% merupakan wilayah bergelombang lemah hingga bergelombang kuat dengan luas 22.985,19 hektar atau 19,98% terdapat di Kecamatan Gondang, Pagerwojo, Bandung, Besuki, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir, Pucanglaban, Gondang dan Rejotangan.
- Lereng lebih dari 40% merupakan wilayah bergelombang kuat dengan luas 15.254,44 hektar atau 13,26% terdapat di Kecamatan Sendang, Pagerwojo, Besuki, Campurdarat, Kalidawir, Gondang, Rejotangan, Tanggunggunung, Bandung, dan Pucanglaban.
b). Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman
efektif tanah, pengaruhnya sangat besar terhadap pertumbuhan akan
tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut di wilayah Kabupaten Tulungagung
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kedalaman lebih dari 90 Cm, meliputi wilayah seluas 50.767,59 Ha atau 44,13% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung, kedalaman ini terdapat dihampir seluruh kecamatan kecuali Tanggunggunung.
- Kedalaman 60 - 90 Cm, meliputi wilayah seluas 16.094,24 Ha atau 13,99% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung. Kedalaman ini tersebar di Kecamatan Sendang, Pagerwojo, Pucanglaban, Campurdarat, Besuki dan Karangrejo.
- Kedalaman 30 - 60 Cm, meliputi wilayah seluas 31.176,11 Ha atau 27,10% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung.
Kedalaman ini tersebar di Kecamatan Tanggunggunung, Campurdarat, Besuki, Sendang, Rejotangan, Pucanglaban, Pagerwojo, Kalidawir dan Bandung. - Kedalaman kurang dari 30 Cm, meliputi wilayah seluas 17.003,06 Ha atau 14,78% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung.
Kedalaman
tersebut terdapat di Kecamatan, Gondang, Rejotangan, Kauman, Kalidawir,
Bandung, Besuki, Campurdarat, Pucanglaban, Tanggunggunung, Sendang,
Pagerwojo, dan Boyolangu.
c). Tekstur Tanah
Tekstur
tanah berpengaruh terhadap pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Sifat tekstur tanah berhubungan erat dengan kandungan udara dalam rongga
tanah (porositas), peresapan (permeabilitas), serta daya menyimpan air
dan unsur hara lainnya (mudah tidaknya tererosi).
Tekstur
tanah ditentukan oleh perbandingan partikel pasir, debu dan liat. Tanah
bertekstur halus lebih dalam reaksi kimianya dari pada tanah bertekstur
kasar.
Berdasarkan kelas tekstur tanah, wilayah Tulungagung dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan:
Berdasarkan kelas tekstur tanah, wilayah Tulungagung dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan:
- Tanah bertekstur halus, meliputi wilayah seluas 46.948,23 Ha atau 40,81% dari luas Kabupaten Tulungagung. Golongan ini terdapat di Kecamatan Sendang, Pagerwojo, Ngantru, Pucanglaban, Pakel, Bandung, Campurdarat dan Besuki.
- Tanah bertekstur sedang, meliputi luas wilayah 29.887,65 Ha atau 25,98% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung. Golongan ini terdapat di hampir semua kecamatan, kecuali Kecamatan Rejotangan.
- Tanah bertekstur kasar, meliputi wilayah seluas 38.251,13 Ha atau 33,25% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung. Golongan ini terdapat di Kecamatan Pucanglaban.
Penyebaran tekstur tanah di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
6). Iklim dan Tata Air
a). Iklim
Secara
garis besar Kabupaten Tulungagung mempunyai iklim tropis yang terbagi
ke dalam dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Musim penghujan
dipengaruhi oleh angin barat (muson barat) yang jatuh pada Bulan Oktober
sampai Maret, dan musim kemarau (muson timur) yang jatuh pada
bulan-bulan April-September.
Hal ini diperoleh berdasarkan data seri waktu yang dikumpulkan dari stasiun yang ada di Kabupaten Tulungagung. Dari data yang dikumpulkan menunjukkan curah hujan rata-rata 120,26 mm selama tahun 2006. Curah hujan paling besar pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, dan Desember. Paling sedikit bulan Juni dan November.
Hal ini diperoleh berdasarkan data seri waktu yang dikumpulkan dari stasiun yang ada di Kabupaten Tulungagung. Dari data yang dikumpulkan menunjukkan curah hujan rata-rata 120,26 mm selama tahun 2006. Curah hujan paling besar pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, dan Desember. Paling sedikit bulan Juni dan November.
b). Tata Air
Dimuka
bumi terjadi siklus hidrologi yang berlangsung secara terus menerus
tanpa diketahui awal dan berakhirnya. Radiasi bersumber dari matahari,
menyebabkan penguapan air diatas permukaan samudera. Hasil penguapan
terkumpul diatas sebagai awan. Dibawah tekanan tertentu awan
terkondensasi dan jatuh kembali kepermukaan bumi sebagai hujan. Diatas
permukaan bumi, air hujan mengisi sungai-sungai dan danau-danau. Pada
permukaan tanah atau batuan yang telah lapuk, air meresap sebagian dan
menguap kembali sebagian. Air yang meresap tertahan sebagian akan
mengisi reservoir. Peresapan yang terjadi pada tempat yang tinggi air
tanah akan muncul kembali ke tempat-tempat yang lebih rendah berupa
rembesan-rembesan ataupun sebagian berupa sumber-sumber air. Pemunculan
air ke atas permukaan akan membuahkan aliran-aliran kecil menuju sungai
dan dari sungai-sungai akan mengalir mengisi samudera kembali.
(1) Air permukaan
(1) Air permukaan
Air
permukaan merupakan air tawar yang terdapat pada sungai-sungai,
saluran-saluran, danau-danau/telaga-telaga, rawa-rawa, empang-empang dan
sebagainya
Atas dasar pembagian Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Jawa Timur, di Kabupaten Tulungagung termasuk pada 2 (dua) DAS sebagai berikut:
Atas dasar pembagian Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Jawa Timur, di Kabupaten Tulungagung termasuk pada 2 (dua) DAS sebagai berikut:
- DAS Brantas
DAS Brantas di Kabupaten Tulungagung dapat dibedakan:
- Sub DAS Ngrowo-Ngasinan
Sub
DAS ini menempati bagian tengah Kabupaten Tulungagung dengan pola
aliran sungai yaitu Sungai Ngrowo/Parit Agung/Parit Raya sebagai sungai
orde I beserta anak percabangan sungainya baik sebagai percabangan
sungai Orde II, Orde III dan orde IV. Anak-anak percabangan sungai
tersebut antara lain Sungai Kalidawir, Sungai Ngasinan, Sungai Song,
Sungai Klantur, Sungai Babaan, Sungai Wudu, Sungai Gondang, Sungai
Bajalpicisan, Sungai Keboireng dan lain sebagainya.
- Sub DAS Lahar
Sub
DAS ini menempati bagian utara Kabupaten Tulungagung dengan pola aliran
sungai utama yaitu Sungai Brantas sebagai sungai Orde I beserta
anak-anak percabangannya sebagai sungai Orde II, Orde III dan
seterusnya.
Anak-anak percabangan sungai yang dimaksud antara lain: Sungai Catut, Sungai Boto dan lain sebagainya.
- DAS/DAL Selosewu
Daerah
Aliran Laut (DAL) Selosewu ini di Kabupaten Tulungagung menempati
bagian selatan, secara umum bentuk morfologinya miring ke arah selatan
dengan pola pengaliran maupun pengeringan sungainya mengalir dan
bermuara di Samudera Indonesia/Hindia. Sungai-sungai yang dimaksud
antara lain : Sungai Dlodo, Sungai Kerecek, Sungai Ngelo, Sungai Urang,
Sungai Molang dan lain sebagainya.
Berdasarkan
batas wilayah penyebarannya berbeda antara batas administrasi Kabupaten
Tulungagung dengan batas penyebaran daerah tangkapan (Catchment Area)
air hujannya pada sistem Sub DAS yang ada. Khususnya pada 2 (dua) Sub
DAS yaitu pada sistem Sub DAS Ngrowo-Ngasinan ekosistemnya yang
mempengaruhi mencakup 3 wilayah kabupaten yaitu Tulungagung, Trenggalek
dan Ponorogo. Sedang pada sistem Sub DAS lahar pengaruh ekosistemnya
mencakup 3 wilayah kabupaten yaitu Tulungagung, Blitar dan Kediri.
Berdasarkan
kenampakan karakteristik fisiknya pada Sistem DAS-Sub DAS di Kabupaten
Tulungagung, secara umum dapat dibedakan menjadi daerah bagian hulu dan
daerah bagian hilir.
Daerah
bagian hulu di Kabupaten Tulungagung menempati kawasan
perbukitan/pegunungan dan lereng tenggara Gunung Wilis. Kawasan ini
mempunyai peranan embung/bendung, waduk, tandon air dan lain sebagainya.
Sedangkan pada bagian daerah hilir, secara umum menempati daerah
dataran rendah/daerah muara sungai yang merupakan daerah pemanfaatan dan
penataan air oleh aktivitas kegiatan manusia.
Disini
potensi air sangat besar peranannya dimanfaatkan secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku untuk minum,
industri, perikanan dan lain sebagainya. Disamping pemanfaatan tersebut
dalam rangka penataan air banyak dilaksanakan
program-program/kegiatan-kegiatan pembangunan seperti pengembangan
jaringan irigasi, pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul
sungai, pembuatan pelengsengan dan lain sebagainya.
(2) Air Tanah
Proses
terbentuknya air tanah berawal dari air hujan yang membasahi tanah dan
mengalami infiltrasi (peresapan) membentuk air dalam zone akar (soil
water), kemudian mengalami perkolasi dan membentuk air tanah (ground
water).
Air
tanah menempati suatu formasi geologi yang mampu menyimpan air. Formasi
geologi yang mampu menyimpan dan sekaligus meloloskan air disebut
sebagai lapisan pembawa air (akifer). Seperti halnya air permukaan, air
tanah yang berada dibawah muka tanah itu pun bergerak, baik ke arah
vertikal maupun horizontal.
Di
Kabupaten Tulungagung dapat dibedakan berbagai lapisan pembawa air
(akifer). Ketergantungan terhadap sumber air tanah ini, di Kabupaten
Tulungagung masih tinggi, karena pasokan (distribusi) air dari sumber
air permukaan/PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan. Selama ini sumber air
tanah dapat dimanfaatkan / dibutuhkan sebagai sumber penyediaan air
oleh berbagai pihak seperti penduduk, perkantoran, industri, pertanian
dan lain
sebagainya
Mengingat air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka diupayakan
sebagainya
Mengingat air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka diupayakan
agar
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan sehingga penerapan dan pengisian air tanah
seimbang dan terkendali. Keberadaan hutan perlu diperhatikan dalam
eksploitasinya, karena hutan sangat berperan dalam hidrologi suatu
wilayah, oleh karena itu di dalam kawasan hutan telah dilaksanakan
berbagai kegiatan seperti reboisasi.
7) Kebencanaan
7) Kebencanaan
Kebencanaan
atau bencana alam merupakan fenomena atau gejala alam yang disebabkan
oleh suatu proses dalam lingkungan alam yang sering kali mengakibatkan
rusaknya sarana dan prsarana fisik hasil pembangunan, serta menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda maupun korban jiwa
manusia.
Di
Kabupaten Tulungagung terdapat wilayah yang berpotensi rawan terhadap
bencana alam berupa tanah longsor (gerakan tanah, gelombang tsunami,
banjir, gempa bumi, dan kekeringan; dimana kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana alam tersebut mengakibatkan korban yang cukup berarti.
Bencana
alam tersebut terjadi disebabkan beberapa faktor, antara lain:
tingginya intensitas curah hujan, kurangnya vegetasi penutup lahan,
kemiringan lereng, tata guna lahan, batuan/tanah, struktur geologi,
kegempaan dan pengaruh aktivitas manusia.
8) Perwilayahan Pembangunan
8) Perwilayahan Pembangunan
Dalam
kebijaksanaan tata ruang, penetapan perwilayahan pembangunan, maka
Kabupaten Tulungagung dibagi dalam 6 (enam) Sub Satuan Wilayah
Pembangunan (Sub SWP), yaitu:
- Sub SWP Tulungagung dan sekitarnya dengan pusat di Tulungagung meliputi Kecamatan-Kecamatan: Tulungagung, Kedungwaru, Boyolangu dan Ngantru. Kegiatan utama meliputi: pendidikan, perdagangan, jasa, pemukiman, perikanan, industri kecil, peternakan, dan pertanian.
- Sub SWP Ngunut dan sekitarnya dengan pusat di Ngunut meliputi Kecamatan-Kecamatan: Ngunut, Rejotangan dan Sumbergempol. Kegiatan utama meliputi: pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, industri kecil, perdagangan, pertambangan dan pendidikan.
- Sub SWP Kalidawir dan sekitarnya dengan pusat di Kalidawir, meliputi Kecamatan-Kecamatan: Kalidawir, Tanggunggunung dan Pucanglaban. Kegiatan utama meliputi: pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata.
- Sub SWP Campurdarat dan sekitarnya dengan pusat di Campurdarat meliputi Kecamatan-Kecamatan: Campurdarat, Besuki, Pakel dan Bandung. Kegiatan utama meliputi: pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, industri kerajinan, pertambangan dan pariwisata.
- Sub SWP Kauman dan sekitarnya dengan pusat di Kauman, meliputi Kecamatan-Kecamatan: Kauman, Gondang dan Karangrejo. Kegiatan utama meliputi: pertanian, industri kerajinan, kehutanan, perikanan, perkebunan dan peternakan.
- Sub SWP Sendang-Pagerwojo dengan pusat di Sendang meliputi Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo. Kegiatan utama meliputi: pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata dan peternakan.
9) Penggunaan Tanah/Lahan
Pola
penggunaan tanah pada hakekatnya adalah gambaran ruang dari hasil jenis
usaha dan tingkat teknologi, jumlah manusia dan keadaan fisik daerah,
sehingga pola pembangunan tanah di suatu daerah dapat mencerminkan
kegiatan manusia yang berada di daerah tersebut. Penggunaan tanah
bersifat dinamis, artinya penggunaan tanah dapat berubah tergantung dari
dinamika pembangunan yang ada. Sehingga dalam menyusun rencana
pembangunan atau yang sekarang kita kenal dengan Rencana Umum Tata Ruang
perlu diperhatikan fakta wilayah yang ada diantaranya adalah penggunaan
tanah yang saat ini ada. Hal ini dimaksudkan agar alokasi kegiatan yang
direncanakan sesuai dengan potensi dan daya dukung wilayah dengan
penggunaan tanah, karena pada dasarnya penggunaan tanah ini kaitannya
dengan penguasaan tanahnya. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka
data luas dan letak penggunaan tanah menjadi sangat penting, terutama
untuk mengetahui berapa tanah yang masih tersedia untuk suatu kegiatan.
- Lahan persawahan
Secara
umum lahan persawahan terdapat dibagian tengah Kabupaten Tulungagung
dengan luas kurang lebih 26.503,33 hektar atau 23,04%. Lahan ini
merupakan lahan yang tergolong sangat baik/subur dengan permukaan
rata-rata datar dengan lereng tanah 0-3 persen. Tanah tidak peka
terhadap erosi, tekstur lempung dan mudah diolah.
Permeabilitas tanah sedang dengan drainase umumnya baik sampai sedang terdapat genangan-genangan kecil bersifat sementara dan setempat-setempat. Lahan ini amat cocok untuk tanaman semusim. Sehingga tindakan pemupukan dan usaha-usaha memelihara struktur tanah yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitasnya.
- Lahan pemukiman
Permeabilitas tanah sedang dengan drainase umumnya baik sampai sedang terdapat genangan-genangan kecil bersifat sementara dan setempat-setempat. Lahan ini amat cocok untuk tanaman semusim. Sehingga tindakan pemupukan dan usaha-usaha memelihara struktur tanah yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitasnya.
- Lahan pemukiman
Merupakan
lahan yang digunakan untuk segala jenis bangunan, termasuk daerah
sekitar yang dalam penggunaan sehari-hari berkaitan dengan keperluan
pemukiman seperti rumah mukim, daerah industri, daerah pertambangan,
daerah perdagangan, daerah perkantoran, daerah rekreasi, dan lain
sebagainya. Terdapat secara membloky di sekitar/menyesuaikan arah aliran
sungai, jalan, dan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk dapat
berkembang. Luasan keseluruhan kurang lebih 22.572,39 hektar atau
19,62%. Lahan ini merupakan lahan yang tergolong sangat baik/subur dan
permukaan datar dengan lereng tanah berkisar antara (0-8)°. Sifat tanah
tidak peka terhadap erosi, tekstur lempung-lempung pasiran dan mudah
diolah. Permeabilitas tanah sedang, drainase baik-sedang, terdapat
genangan-genangan bersifat sementara dan setempat-setempat.
Upaya/tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemulihan struktur tanah yang
baik sangat diperlukan untuk menjaga kesuburannya dan mempertinggi
produktivitas.
- Tegalan
- Tegalan
Tegalan
adalah pertanian kering semusim yang tidak pernah diairi dan ditanami
dengan jenis tanaman umur pendek saja, tanaman keras yang mungkin ada
hanya pada pematang-pematang. Di Kabupaten Tulungagung lahan tegalan
mempunyai luasan kurang lebih 25.202,10 hektar atau 21,90%. Umumnya
menempati kemiringan tanah (8-20)°. Sesuai untuk digarap bagi usaha tani
tanaman semusim. Usaha-usaha penanggulangan erosi tidak dapat
ditinggalkan, yaitu perlu pembuatan teras-teras, tindakan khusus
pengawetan tanah dan lain sebagainya.
- Perkebunan
- Perkebunan
Perkebunan
adalah areal yang ditanami jenis tanaman keras dan jenis tanamannya
hanya satu atau dua jenis saja, dan cara pengambilan hasilnya bukan
dengan menebang pohon. Di Kabupaten Tulungagung perkebunan menempati
areal seluas ± 2.607,94 hektar atau 2,27%.
- Hutan
- Hutan
Hutan
adalah suatu lapangan yang ditumbuhi pohon-pohon yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Di Kabupaten
Tulungagung hutan menempati areal seluas 30.308,48 hektar atau 26,34 %,
menempati sebagian daerah lereng tenggara Gunung Wilis dan sebagian
menempati daerah jalur pegunungan/perbukitan selatan Jawa Timur di
Kabupaten Tulungagung. Hutan ini mempunyai manfaat yang besar dan
penting dalam pengaturan tata air, pencegah erosi, iklim, keindahan dan
kepentingan strategis.
- Perairan
- Perairan
Perairan
meliputi kolam, tambak, danau, genangan, sungai seluas 827,57 hektar
atau 0,72% dari luas wilayah Kabupaten Tulungagung.
0 komentar:
Posting Komentar