Bumi. |
Hal ini menginspirasi beberapa cerita fiksi, yang menjadi film Box Office di Hollywood. Namun apakah benar di dalam bumi terdapat hal-hal yang digambarkan dalam film tersebut?
Ternyata, jauh di dalam mantel bumi yang berbatu, terdapat lautan air yang terkurung dalam jenis mineral yang disebut ringwoodite. Hal ini diklaim oleh tim ilmuwan, yang sudah melakukan penelitian terhadap bumi.
Hasil penelitian ini akan membantu para ilmuwan memahami siklus air di bumi, dan bagaimana lempeng tektonik bergerak di antara.
Bumi sendiri terdiri atas beberapa lapisan, dan satu yang paling atas adalah mantel bumi. Para ilmuwan telah lama menduga bahwa yang disebut zona transisi mantel, yang berada di antara lapisan mantel atas dan bawah 255-410 mil (410-660 kilometer) di bawah permukaan bumi, bisa mengandung air langka yang terperangkap. Namun, bukti langsung untuk air ini masih kurang, sampai sekarang.
Untuk melihat apakah zona transisi benar-benar adalah reservoir air, para peneliti melakukan percobaan pada ringwoodite yang kaya air, menganalisis gelombang seismik perjalanan melalui mantel di bawah negara Amerika Serikat, dan mempelajari model numerik. Mereka menemukan bahwa bahan mantel di bawah mengalir, saat melintasi batas antara zona transisi dan lapisan mantel bagian bawah.
"Jika kita melihat lelehan ini, maka harus ada air di zona transisi," kata Brandon Schmandt, seorang seismolog di University of New Mexico.
"Zona transisi dapat menampung banyak air, dan berpotensi memiliki jumlah yang sama dari air lautan di dunia," tambahnya.
Ringwoodite sendiri adalah jenis mineral yang jarang terbentuk dari olivin di bawah tekanan dan suhu yang sangat tinggi, seperti yang ada dalam zona transisi mantel itu. Penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa mineral dapat mengandung air, namun bukan sebagai cairan, es atau uap. Tapi, air ini terjebak dalam struktur molekul ringwoodite sebagai ion hidroksida--berikat oksigen dan atom hidrogen.
Temuan baru ini akan membantu para ilmuwan lebih memahami siklus air bumi. "Air permukaan yang kita miliki sekarang berasal dari degassing batuan cair. Itu datang dari bahan batu asli Bumi," kata Schmandt. (Livescience)
0 komentar:
Posting Komentar