Deneva Class Industri Marmer Tulungagung | SEGENGGAM ILMU

Pages

Selasa, 04 November 2014

Industri Marmer Tulungagung

Industri Marmer Tulungagung

tulungagung
Kepopuleran Tulungagung sebagai penghasil Marmer tidaklah terbentuk dalam 1 atau 2 tahun, melainkan sudah ada sejak jaman Belanda.
Marmer adalah salah satu bentuk kerajinan yang mampu mengenalkan Kabupaten Tulungagung sampai ke luar negeri, jadi kalau bukan karena ada batu marmernya mungkin tidak banyak orang yang kenal dengan desa Besole dan desa Gamping di Kecamatan Campurdarat, kabupaten Tulungagung. Sebab kedua desa kecil ini merupakan salah satu desa dengan tanah yang limayan tandus, panas, dan letaknya juga jauh dari pusat kota. Karena itulah tak dapat dipungkiri kalau sebagian penduduk dari kedua desa ini pergi ke kota karena sulit mencari penghasilan di desa mereka sendiri.
Desa ini baru akan terlihat oleh orang luar bila ada wisatawan yang berkunjung ke pantai Popoh, pantai selatan yang terkenal dengan ombak Nyi Roro Kidulnya. Karena kebetulan letak desa ini satu jalur menuju pantai popoh. Pada kilometer ke 15 dari Tulungagung menuju pantai Popoh inilah bisa ditemukan desa Besole dan Gamping. Namun sejak meningkatnya industri kerajinan Marmer di kedua desa tersebut, nama Besole dan Gamping tidak hanya dikenal di tingkat propinsi, tapi sudah keluar sampai ke manca negara. Negara-negara seperti Jepang, Korea, Jerman merupakan negara terbesar untuk pemasaran hasil industri marmer ini. Di dalam negeri sendiri hasil kerajinan Besole dan Gamping ini dapat di lihat dalam bentuk perlengkapan rumah, hotel, kantor dan lain-lain.
Batu Marmer dan Onix memang telah mengubah masyarakat desa ini. Mereka yang semula hanya sebagai buruh tani kini banyak statusnya berubah menjadi pengrajin. Yang semula pergi ke kota bila musim paceklik, kini lebih betah di desa. Lebih dari 60 persen penduduk dari kedua desa ini beralih profesi menjadi perajin marmer maupun onix. Rata-rata mereka memiliki dua sampai tiga mesin penghalus marmer. Sisanya menjadi pekerja pada industri dan kerajinan marmer ini. Selain menyerap pekerja dari daerah sekitar, industri kerajinan ini mampu menarik pekerja dari kota sekitar misalnya Trenggalek, Blitar, Pacitan dan daerah sekitarnya.
Selain dalam bentuk perabot yang mudah ditemukan di rumah tangga, perkantoran dan hotel, kerajinan batu marmer Besole dan Gamping ini ternyata juga menjadi bahan campuran aspal, bahan baku kosmetika dan campuran makanan ternak.
Mengenai hasil kerajinan kedua desa ini kebanyakan barang dari bahan batu onix lebih disukai konsumen karena warnanya bisa bening, kekuning-kuningan, krem, atau bergarisgaris seperti akar pohon. Batu ini kesannya seperti batu-batu alam yang belum disentuh teknologi, sehingga kelihatan antik.
Untuk kerajinan marmer, marmer buatan penduduk desa Besole dan Gamping ini dijual ke berbagai kota di Indonesia baik berupa blok maupun bubuk (mill) atau teraso (kepala tegel) untuk campuran semen. Mengenai ide-ide tentang hasil akhir dari kerajinan batuan ini kebanyakan para pekerja mendapatkan ide dari berbagai macam cara semisal dari siaran televisi jadi para pekerja ini mampu untuk mengikuti selera konsumen. Dengan semakin banyak varian yang dihasilkan maka konsumenpun juga semakin banyak apalagi kalau mereka mampu menghasilkan barang yang unik dan belum ada pesaingnya.

0 komentar:

Posting Komentar