Industri Marmer Tulungagung
Kepopuleran Tulungagung sebagai penghasil Marmer tidaklah terbentuk
dalam 1 atau 2 tahun, melainkan sudah ada sejak jaman Belanda.
Marmer adalah
salah satu bentuk kerajinan yang mampu mengenalkan Kabupaten Tulungagung
sampai ke luar negeri, jadi kalau bukan karena ada batu marmernya
mungkin tidak banyak orang yang kenal dengan desa Besole dan desa
Gamping di Kecamatan Campurdarat, kabupaten Tulungagung. Sebab kedua
desa kecil ini merupakan salah satu desa dengan tanah yang limayan
tandus, panas, dan letaknya juga jauh dari pusat kota. Karena itulah tak
dapat dipungkiri kalau sebagian penduduk dari kedua desa ini pergi ke
kota karena sulit mencari penghasilan di desa mereka sendiri.
Desa ini baru
akan terlihat oleh orang luar bila ada wisatawan yang berkunjung ke
pantai Popoh, pantai selatan yang terkenal dengan ombak Nyi Roro
Kidulnya. Karena kebetulan letak desa ini satu jalur menuju pantai
popoh. Pada kilometer ke 15 dari Tulungagung menuju pantai Popoh inilah
bisa ditemukan desa Besole dan Gamping. Namun sejak meningkatnya
industri kerajinan Marmer di kedua desa tersebut, nama Besole dan
Gamping tidak hanya dikenal di tingkat propinsi, tapi sudah keluar
sampai ke manca negara. Negara-negara seperti Jepang, Korea, Jerman
merupakan negara terbesar untuk pemasaran hasil industri marmer ini. Di
dalam negeri sendiri hasil kerajinan Besole dan Gamping ini dapat di
lihat dalam bentuk perlengkapan rumah, hotel, kantor dan lain-lain.
Batu Marmer dan
Onix memang telah mengubah masyarakat desa ini. Mereka yang semula
hanya sebagai buruh tani kini banyak statusnya berubah menjadi
pengrajin. Yang semula pergi ke kota bila musim paceklik, kini lebih
betah di desa. Lebih dari 60 persen penduduk dari kedua desa ini beralih
profesi menjadi perajin marmer maupun onix. Rata-rata mereka memiliki
dua sampai tiga mesin penghalus marmer. Sisanya menjadi pekerja pada
industri dan kerajinan marmer ini. Selain menyerap pekerja dari daerah
sekitar, industri kerajinan ini mampu menarik pekerja dari kota sekitar
misalnya Trenggalek, Blitar, Pacitan dan daerah sekitarnya.
Selain dalam
bentuk perabot yang mudah ditemukan di rumah tangga, perkantoran dan
hotel, kerajinan batu marmer Besole dan Gamping ini ternyata juga
menjadi bahan campuran aspal, bahan baku kosmetika dan campuran makanan
ternak.
Mengenai hasil
kerajinan kedua desa ini kebanyakan barang dari bahan batu onix lebih
disukai konsumen karena warnanya bisa bening, kekuning-kuningan, krem,
atau bergarisgaris seperti akar pohon. Batu ini kesannya seperti
batu-batu alam yang belum disentuh teknologi, sehingga kelihatan antik.
Untuk kerajinan
marmer, marmer buatan penduduk desa Besole dan Gamping ini dijual ke
berbagai kota di Indonesia baik berupa blok maupun bubuk (mill) atau
teraso (kepala tegel) untuk campuran semen. Mengenai ide-ide tentang
hasil akhir dari kerajinan batuan ini kebanyakan para pekerja
mendapatkan ide dari berbagai macam cara semisal dari siaran televisi
jadi para pekerja ini mampu untuk mengikuti selera konsumen. Dengan
semakin banyak varian yang dihasilkan maka konsumenpun juga semakin
banyak apalagi kalau mereka mampu menghasilkan barang yang unik dan
belum ada pesaingnya.
0 komentar:
Posting Komentar